RSS

Kamis, 03 April 2014

CONTOH SOAL FISIKA SMA SESUAI SKL 2013/2014

Assalamu alaikum Wr.Wb
Apa kabar semuanya? Mudah-mudahan Anda dalam keadaan sehat dan tetap dalam lindungan-Nya. Sudah lama saya tidak memposting tulisan saya, di tengah-tengah kesibukan menjelang Ujian Nasional, kali ini saya mencoba untuk berbagi CONTOH SOAL FISIKA SESUAI SKL 2013/2014. Kumpulan soal ini saya susun sedemikian dengan mengacu pada SKL 2013/2014 dengan mengembangkan indikator esensial. Indikator yang telah dikembangkan inilih diharapkan dapat memprediksi soal-soal fisika sma yang akan muncul pada ujian mendatang. Perlu anda ketahui bahwa waktu ujian tinggal menghitung hari, jika Anda berminat silakan download di link berikut  Mudah mudahan bisa membantu Anda belajar.

Kamis, 21 April 2011

FLASH UNTUK PEMBELAJARAN

Berbagai cara yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Biasanya dilakukan dengan metode tertentu, atau menggunakan media pembelajaran seperti OHP, LKS, LCD atau animasi agar pembelajaran lebih menarik dan efektif sehingga mudah dipahami siswa. Pembelajaran yang monoton seringkali membuat para siswa ngantuk atau merasa bosan, kadang mereka keluar kelas (siswa biasa yang tidak memiliki motivasi belajar, kurang memperhatikan prospek masa depan), terlebih pelajaran exsact, kaya fisiksa, matimatika atau biosanlagi pada kesempatan ini kangduri berbagi dengan anda selaku pendidik ataupun peserta didik melalui PROGRAM KANGDURI BERBAGI silakan unduh (download) file flash berikut sesuai dengan kategori yang Anda ampuh.

ANIMASI FLASH  BIOSANLAGI

MateriLink Download
Aliran Energi Daur MateriDownload
AsmaDownload
BakteriDownload
BiogeokimiaDownload
BDBDownload
Divisi BasydiomycotaDownload
DNADownload
EkosistemDownload
EvolusiDownload
FertilisasiDownload
FilariasisDownload
Pancaindra1Download
Pancaindra2Download
Paru-ParuDownload
Peredaran darah1Download
Peredaran darah2Download
PernafasanDownload
PertumbuhanDownload
Sistem KardiovaskulerDownload
Tekanan Darah TinggiDownload
GametogenesisDownload
Virus HIVDownload
Mata ManusiaDownload
InsektaDownload
Jantung KoronerDownload
Jaringan pada TumbuhanDownload
Lumut KerakDownload
MitosisDownload
MutasiDownload
Pembentukan UrineDownload
Pembuahan GandaDownload
Sel HewanDownload
Sel TumbuhanDownload
Sistem PencernaanDownload
Sintesis ProteinDownload
VirusDownload
Uji Kemampuan BiologiDownload

Rabu, 20 April 2011

Matematika, Fisika, Kimia adalah pelajaran penting dalam sekolah yang menentukan jalan menuju sukses. Tanpa adanya dasar pengetahuan ketiga mata pelajaran dengan baik, maka murid akan mengalami pelambatan proses penerimaan, banyak melakukan kesalahan, dan mungkin akan frustasi dan membenci ketiga pelajaran tersebut.

Metoda tradisional yang menggunakan teks buku, membawa hasil yang lambat, dan membosankan dan membuat pengajar memerlukan banyak waktu untuk mengajar (sama seperti murid dalam belajar). software pendidikan yang sangat efektif mengidentifikasi kelemahan murid dalam mata pelajaran Matematika, Fisika dan Kimia, dimana setiap pelajaran dan latihan diterangkan dengan menggunakan ilustrasi dan animasi sehingga mudah untuk diikuti dan otomatis akan memberikan hasil yang maksimum pada pemahaman pelajaran.

Tidak seperti software pendidikan lain yang menggunakan animasi kartun yang lebih banyak menghibur daripada mengajar pelajaran, AnimasiMAFIA adalah software pendidikan animasi yang benar-benar fokus pada pelajaran Matematika, Fisika dan Kimia, sehingga seorang murid akan tetap terus mengingat urutan dalam menjawab dengan memperhatikan ilustrasi dan animasi dalam penjabaran tiap-tiap pelajaran.

Sabtu, 16 April 2011

Ujian Nasional : Melahirkan Bangsa Tidak Jujur ??

Setiap tahun semua siswa, guru dan kepala sekolah selalu melewati ritual suci yang sudah sering dianggap sebagai takdir dari langit. Ritual itu bukan ibadah haji atau shalat Idul Fitri, melainkan ritual ujian nasional, yang terlanjur dianggap sebagai bukti kesuksesan pemerintah dalam masalah pendidikan. Ritual itu juga melibatkan para penguasa daerah, termasuk lurah, camat, bupati dan seterusnya. Pak Polisi (kecuali Norman Kamaru yang sibuk bermain, daripada bertugas) pun ikut juga sibuk kesana kemari mengamankan dan mengawal.

Biasanya, beberapa bulan sebelum ujian nasional diselenggarakan, para siswa sudah agak jarang pulang, lantaran pihak sekolah mengadakan jam tambahan. Para guru sibuk memberi les di luar jam-jam resmi sekolah.

Di beberapa sekolah, seminggu atau beberapa hari menjelang ujian nasional, siswa diasramakan, dikarantina, dan dipusatkan konsentrasinya. Dan tidak jarang di malam terakhir diadakan beragam ritual doa bersama, shalat malam, atau istighatsah.

Pendeknya, persiapannya dilakukan dengan maksimal, bahkan sering kali dengan segala cara. Sayangnya, ternyata justru tindakan yang kedua itulah yang lebih sering terjadi dan lebih dianut dengan diam-diam, tetapi semua saling tahu.

Ya, tindakan menghalalkan segala cara. Itulah yang dilakukan dengan bersama-sama, kompak dan disepakati, antara guru, kepala sekolah dan juga kepala daerah, dan semua yang terlibat lainnya.

Lho kenapa kepala daerah ikut-ikutan segala?

Ternyata, urusan berapa tingkat kelulusan siswa juga mempengaruhi nilai gengsi para kepala daerah. Semakin banyak yang lulus di suatu daerah, maka akan semakin naik indeks harga diri sang kepala daerah.

Kesakralan ujian nasional ini bukan main-main, sebab ujian ini menentukan apakah seorang siswa lulus atau tidak dari beberapa tahun belajar di sekolah itu. Soal distandarisasi dari pusat, sehingga tiap daerah, meski tingkat kemampuannya berbeda, akan mendapat soal yang sama, secara nasional.

Soal dikirim ke daerah-daerah dengan dikawal pasukan polisi, kadang disimpan dulu di kantor Polsek, lalu dikirim ke masing-masing sekolah, juga dengan pengawalan polisi.

Untuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang mencurigakan, para pengawas ujian dibuat silang, guru tidak boleh menjadi pengawas di sekolahnya, harus menjadi pengawas di sekolah lain.

Masih ada lagi Pengawas Independen, yang biasanya dosen dari perguruan tinggi terkenal. Disetiap sekolah, ada spanduk dengan tulisan mencolok : Harap Tenang, Ada Ujian.

Lalu, apa yang terjadi ketika pelaksanaan ujian?

Ternyata hampir semua sekolah melakukannya, para siswa diberitahu bagaimana jawaban yang benar. Bahkan, lembar jawaban masih dikoreksi lagi di kantor sekolah untuk diganti dengan jawaban yang benar.

Dan hasilnya, begitu pengumuman keluar, semuanya lulus 100%. Kemudian ketika acara perpisahan, dihadapan walimurid, Kepala Sekolah berpidato : Alhamdulillah, berkat kerja keras kita, sekolah kita lulus 100%.

Itulah kenyataannya, semua yang terlibat pasti tahu tetapi sama-sama merahasiakan kecurangan itu. Dan semua tahu bahwa itu bohong, tapi semua diam, demi jaga gengsi.

Apa arti semua ini?

Kita sudah menciptakan sendiri sebuah sistem yang kita sepakati berisi kecurangan demi kecurangan, atas nama standarisasi penilaian nasional.
sumber: http://www.blogtorik.com

http://www.blogtorik.com/2011/03/ujian-nasional-melahirkan-bangsa-tidak.html

Setiap tahun semua siswa, guru dan kepala sekolah selalu melewati ritual suci yang sudah sering dianggap sebagai takdir dari langit. Ritual itu bukan ibadah haji atau shalat Idul Fithri, melainkan ritual ujian nasional, yang terlanjur dianggap sebagai bukti kesuksesan pemerintah dalam masalah pendidikan. Ritual itu juga melibatkan para penguasa daerah, termasuk lurah, camat, bupati dan seterusnya. Pak Polisi pun ikut juga ikut sibuk kesana kemari mengamankan dan mengawal.

Biasanya, beberapa bulan sebelum ujian nasional diselenggarakan, para siswa sudah agak jarang pulang, lantaran pihak sekolah mengadakan jam tambahan. Para guru sibuk memberi les di luar jam-jam resmi sekolah.

Di beberapa sekolah, seminggu atau beberapa hari menjelang ujian nasional, siswa diasramakan, dikarantina, dan dipusatkan konsentrasinya. Dan tidak jarang di malam terakhir diadakan beragam ritual doa bersama, shalat malam, atau istighatsah.

Pendeknya, persiapannya dilakukan dengan maksimal, bahkan sering kali dengan segala cara. Sayangnya, ternyata justru tindakan yang kedua itulah yang lebih sering terjadi dan lebih dianut dengan diam-diam, tetapi semua saling tahu.

Ya, tindakan menghalalkan segala cara. Itulah yang dilakukan dengan bersama-sama, kompak dan disepakati, antara guru, kepala sekolah dan juga kepala daerah, dan semua yang terlibat lainnya.

Lho kenapa kepala daerah ikut-ikutan segala?

Ternyata, urusan berapa tingkat kelulusan siswa juga mempengaruhi nilai gengsi para kepala daerah. Semakin banyak yang lulus di suatu daerah, maka akan semakin naik indeks harga diri sang kepala daerah.

Kesakralan ujian nasional ini bukan main-main, sebab ujian ini menentukan apakah seorang siswa lulus atau tidak dari beberapa tahun belajar di sekolah itu. Soal distandarisasi dari pusat, sehingga tiap daerah, meski tingkat kemampuannya berbeda, akan mendapat soal yang sama, secara nasional.

Soal dikirim ke daerah-daerah dengan dikawal pasukan polisi, kadang disimpan dulu di kantor Polsek, lalu dikirim ke masing-masing sekolah, juga dengan pengawalan polisi.

Untuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang mencurigakan, para pengawas ujian dibuat silang, guru tidak boleh menjadi pengawas di sekolahnya, harus menjadi pengawas di sekolah lain.

Masih ada lagi Pengawas Independen, yang biasanya dosen dari perguruan tinggi terkenal. Disetiap sekolah, ada spanduk dengan tulisan mencolok : Harap Tenang, Ada Ujian.

Lalu, apa yang terjadi ketika pelaksanaan ujian?

Ternyata hampir semua sekolah melakukannya, para siswa diberitahu bagaimana jawaban yang benar. Bahkan, lembar jawaban masih dikoreksi lagi di kantor sekolah untuk diganti dengan jawaban yang benar.

Dan hasilnya, begitu pengumuman keluar, semuanya lulus 100%. Kemudian ketika acara perpisahan, dihadapan walimurid, Kepala Sekolah berpidato : Alhamdulillah, berkat kerja keras kita, sekolah kita lulus 100%.

Itulah kenyataannya, semua yang terlibat pasti tahu tetapi sama-sama merahasiakan kecurangan itu. Dan semua tahu bahwa itu bohong, tapi semua diam, demi jaga gengsi.

Apa arti semua ini?

Kita sudah menciptakan sendiri sebuah sistem yang kita sepakati berisi kecurangan demi kecurangan, atas nama standarisasi penilaian nasional.
sumber: http://www.blogtorik.com

Ujian Nasional: Antara Alat Ukur Obyektif dan Ritual Tahunan

Siapa yang tak ingin dipuji karena berprestasi. Siapa juga yang tak ingin dinilai kualitasnya meningkat. Dua hal tersebut merupakan sesuatu yang membanggakan. Namun bagaimana jika keduanya berada pada dua sisi yang saling bertolak belakang.

Dua hal yang saling bertolak belakang ini menyatu dalam dunia pendidikan. Di satu sisi, pemerintah membuat aturan bahwa agar seseorang bisa menyelesaikan satu tingkat pendidikan ia harus memenuhi standar kemampuan minimal. Standar minimal ini diukur dengan suatu sistem yang bernama Ujian Nasional. Memang UN bukan satu-satunya ukuran, karena masih ada elemen lain yang menjadi alat ukur. Namun UN ini menjadi krusial karena dilakukan secara bersamaan dalam satu jenjang pendidikan tertentu. UN juga dilakukan hanya beberapa hari saja.

Pemerintah memiliki fisi bahwa standar kemampuan ini suatu ketika harus setara dengan standar kemampuan negara-negara maju. Oleh karena itu dari tahun ke tahun standar kelulusan pendidikan terus meningkat. Dengan peningkatan ini diharapkan akan menghasilkan tenaga kerja yang bermutu sehingga bisa mendorong pertumbuhan nasional.

Di sisi lain, siapa yang ingin disebut gagal? Rasanya tak ada orang yang bangga jika disebut gagal. Semua orang ingin disebut berhasil. Atau minimal sejajar dengan mayoritas lainnya. Maka orang mencoba melakukan apa yang terbaik. Jika kita berbicara dalam konteks pendidikan, akan ada faktor lain yaitu kualitas anak didik yang masuk. Yang menjadi persoalan adalah jika kualitas input ini berada dibawah rata-rata. Maka hasilnya sulit untuk menjadi maksimal.

Jadi sebenarnya ada sebuah ambigu dalam dunia pendidikan, terutama untuk sekolah non unggulan. Di satu sisi mereka ingin prosentase kelulusannya maksimal. Dinas pendidikan setempat tentu juga memberikan target ini, supaya mendapat pujian dari dinas pendidikan pusat. Di sisi lain sebagian sekolah mendapatkan input siswa yang kualitasnya belum tentu baik.

Di sinilah gagasan-gagasan mengenai kecurangan itu muncul. Lalu muncul juga prinsip yang menyimpang: kejahatan bukanlah kejahatan jika tidak ketahuan. Ini adalah sebuah godaan. Rasanya bukan hal yang aneh jika ada oknum-oknum terkait yang kemudian menganjurkan untuk berbuat curang. Dari kecurangan berupa trik-trik menyembunyikan contekan sampai kecurangan berupa pembiaran terjadinya kecurangan itu sendiri.

Lalu jika mau disimpulkan: target peningkatan standar nilai kelulusan bisa jadi hanyalah sebuah ilusi, sebuah tipu-tipu, sebuah kebohongan, sebuah lelucon yang tak lucu, karena pada akhirnya ada beberapa oknum yang membuka diri terhadap kecurangan.

sumber : wikimu